Ada beberapa
tanda-tanda yang menunjukkan iman sedang lemah. Setidaknya ada 22 tanda yang
dijabarkan dalam artikel ini. Tanda-tanda tersebut adalah:
1. Ketika
Anda sedang melakukan kedurhakaan atau dosa. Hati-hatilah! Sebab, perbuatan
dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi
kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan Anda.
Akibatnya, Anda akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara
terang-terangan.
Ketahuilah,
Rasululllah saw. pernah berkata, “Setiap umatku mendapatkan perindungan afiat
kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan, sesungguhnya termasuk perbuatan
terang-terangan jika seseirang melakukan suatu perbuatan pada malam hari,
kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia
berkata, ‘Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begini,’ padahal
sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa
yang telah ditutupi Allah dari dirinya.” (Bukhari, 10/486)
Rasulullah
saw. bersabda, “Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman.
Tidak ada pencuri yang si saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak
ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.” (Bukhari, hadits nomor
2295 dan Muslim, hadits nomor 86)
2. Ketika
hati Anda terasa begitu keras dan kaku. Sampai-sampai menyaksikan orang mati
terkujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hati Anda. Bahkan,
ketika ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah!
Jangan sampai Anda masuk ke dalam ayat ini, “Kemudian setelah itu hatimu
menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al-Baqarah:74)
3. Ketika
Anda tidak tekun dalam beribadah. Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak menyimak
dalam membaca Al-Qur’an. Melamun dalam doa. Semua dilakukan sebagai rutinitas
dan refleksi hafal karena kebiasaan saja. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah
tanpa ruh. Ketahuilah! Rasulullah saw. berkata, “Tidak akan diterima doa dari
hati yang lalai dan main-main.” (Tirmidzi, hadits nomor 3479)
4. Ketika
Anda terasas malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah. Bahkan, meremehkannya.
Tidak memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika injury
time, waktu shalat sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan,
waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum’at dan lebih suka barisan
shalat yang paling belakang. Waspadalah jika Anda berprinsip, datang paling
belakangan, pulang paling duluan. Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Masih
ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga
Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka.” (Abu Daud, hadits nomor
679)
Allah swt.
menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik. “Dan,
apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.”
Jadi,
hati-hatilah jika Anda merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias
melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar panggilan
azan, enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat nafilah lainnya, atau
mengentar-entarkan utang puasa Ramadhan.
5. Ketika
hati Anda tidak merasa lapang. Dada terasa sesak, perangai berubah, merasa
sumpek dengan tingkah laku orang di sekitar Anda. Suka memperkarakan hal-hal
kecil lagi remeh-temeh. Ketahuilah, Rasulullah saw. berkata, “Iman itu adalah
kesabaran dan kelapangan hati.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, nomor 554)
6. Ketika
Anda tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Tidak bergembira
ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman.
Tidak sigap kala mendengar ayat-ayat perintah. Biasa saja saat membaca
ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika Anda merasa bosan
dan malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Qur’an. Jangan sampai Anda membuka
mushhaf, tapi di saat yang sama melalaikan isinya.
Ketahuilah,
Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal.” (Al-Anfal:2)
7. Ketika
Anda melalaikan Allah dalam hal berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Sehingga Anda
merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan
untuk berdoa, secepat itu pula Anda menangkupkan tangan dan menyudahinya.
Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter Anda. Sebab, Allah telah mensifati
orang-orang munafik dengan firman-Nya, “Dan, mereka tidak menyebut Allah
kecuali hanya sedikit sekali.” (An-Nisa:142)
8. Ketika
Anda tidak merasa marah ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri
pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah. Ghirah Anda padam. Anggota
tubuh Anda tidak tergerak untuk melakukan nahyi munkar. Bahkan, raut muka Anda
pun tidak berubah sama sekali.
Ketahuilah,
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila dosa dikerjakan di bumi, maka orang yang
menyaksikannya dan dia membencinya –dan kadang beliau mengucapkan:
mengingkarinya–, maka dia seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan, siapa
yang tidak menyaksikannya dan dia ridha terhadap dosa itu dan dia pun ridha
kepadanya, maka dia seperti orang yang menyaksikannya.” (Abu Daud, hadits nomor
4345).
Ingatlah,
pesan Rasulullah saw. ini, “Barangsiapa di antara kalian yang melihat
kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika
tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya,
dan ini adalah selemah-lemahnya iman.” (Bukhari, hadits nomor 903 dan Muslim,
hadits nomor 70)
9. Ketika
Anda gila hormat dan suka publikasi. Gila kedudukan, ngebet tampil sebagai
pemimpin tanpa dibarengi kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain
berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena
begitu gandrung diagung-agungkan orang. Narsis banget!
Allah
berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman:18)
Nabi saw.
pernah mendengar ada seseorang yang berlebihan dalam memuji orang lain. Beliau
pun lalu bersabda kepada si pemuji, “Sungguh engkau telah membinasakan dia atau
memenggal punggungnya.” (Bukhari, hadits nomor 2469, dan Muslim hadits nomor
5321)
Hati-hatilah.
Ingat pesan Rasulullah ini, “Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat
mendapatkan kepemimpinan, dan hal itu akan menjadikan penyesalan pada hari
kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang
terakhir.” (Bukhari, nomor 6729)
“Jika kamu
sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa
kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan,
dan ketiganya ia adalah azab hati kiamat, kecuali orang yang adil.” (Shahihul
Jami, 1420).
Untuk orang
yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan sabda Rasulullah saw. yang
berbunyi, “Iman mempunyai tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang
paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah
menghilangkan sesuatu yang mengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu
cabang dari keimanan.” (Bukhari, hadits nomor 8, dan Muslim, hadits nomor 50)
“Maukah
kalian kuberitahu siapa penghuni neraka?” tanya Rasulullah saw. Para sahabat
menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu setiap orang yang kasar,
angkuh, dan sombong.” (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits nomor 5092)
10. Ketika
Anda bakhil dan kikir. Ingatlah perkataan Rasulullah saw. ini, “Sifat kikir dan
iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (Shahihul
Jami’, 2678)
11. Ketika
Anda mengatakan sesuatu yang tidak Anda perbuat. Ingat, Allah swt. benci dengan
perbuatan seperti itu. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan
apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa yang tiada kamu perbuat.” (Ash-Shaff:2-3)
Apakah Anda
lupa dengan definisi iman? Iman itu adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan
dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten.
12. Ketika
Anda merasa gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami
kesusahan. Anda merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari Anda dalam
beberapa hal.
Ingatlah!
Kata Rasulullah saw, “Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang,
yaitu terhadap orang yang Allah berikan harga, ia menghabiskannya dalam
kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu
itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (Bukhari, hadits nomor 71 dan
Muslim, hadits nomor 1352)
Seseorang
bertanya kepada Rasulullah saw., “Orang Islam yang manakah yang paling baik?”
Rasulullah saw. menjawab, “Orang yang muslimin lain selamat dari lisan dan
tangannya.” (Bukhari, hadits nomor 9 dan Muslim, hadits nomor 57)
13. Ketika
Anda menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan tidak mau melihat dari sisi
makruh apa tidak. Akibatnya, Anda akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat
dan dimakruhkan agama. Hati-hatilah! Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Barangsiapa yang berada dalam syubhat, berarti dia berada dalam yang haram,
seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanaman yang
dilindungi yang dapat begitu mudah untuk merumput di dalamnya.” (Muslim, hadits
nomor 1599)
Iman Anda
pasti dalam keadaan lemah, jika Anda mengatakan, “Gak apa. Ini kan cuma dosa
kecil. Gak seperti dia yang melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga
hapus tuh dosa!” Jika sudah seperti ini, suatu ketika Anda pasti tidak akan
ragu untuk benar-benar melakukan kemungkaran yang besar. Sebab, rem imannya
sudah tidak pakem lagi.
14. Ketika
Anda mencela hal yang makruf dan punya perhatian dengan kebaikan-kebaikan
kecil. Ini pesan Rasulullah saw., “Jangan sekali-kali kamu mencela yang makruf
sedikitpun, meski engkau menuangkan air di embermu ke dalam bejana seseorang
yang hendak menimba air, dan meski engkau berbicara dengan saudarmu sedangkan
wajahmu tampak berseri-seri kepadanya.” (Silsilah Shahihah, nomor 1352)
Ingatlah,
surga bisa Anda dapat dengan amal yang kelihatan sepele! Rasulullah saw.
bersabda, “Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan dari jalan orang-orang
muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya, dan barangsiapa yang diterima
satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga.” (Bukhari, hadits nomor 593)
15. Ketika
Anda tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak mau melibatkan diri
dalam urusan-urusan mereka. Bahkan, untuk berdoa bagi keselamatan mereka pun
tidak mau. Padahal seharusnya seorang mukmin seperti hadits Rasulullah ini,
“Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian orang-orang yang memiliki iman adalah
laksana kedudukan kepala dari bagian badan. Orang mukmin itu akan menderita
karena keadaan orang-orang yang mempunyai iman sebagaimana jasad yang ikut
menderita karena keadaan di kepala.” (Silsilah Shahihah, nomor 1137)
16. Ketika
Anda memutuskan tali persaudaraan dengan saudara Anda. “Tidak selayaknya dua
orang yang saling kasih mengasihi karean Allah Azza wa Jalla atau karena Islam,
lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah seorang di
antara keduanya,” begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari, hadits nomor 401)
17. Ketika
Anda tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan
Islam. Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini. Merasa cukup bahwa
urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal, Allah swt. berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah.”
(Ash-Shaff:14)
18. Ketika
Anda merasa resah dan takut tertimpa musibah; atau mendapat problem yang berat.
Lalu Anda tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar. Anda kalut. Tubuh Anda
gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari kenyataan. Ketahuilah, iman Anda
sedang diuji Allah. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji.” (Al-Ankabut:2)
Seharusnya
seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya stabil. “Alangkah menakjubkannya
kondisi orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu
hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan
maka ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa
kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya.” (Muslim)
19. Ketika
Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat. Padahal, perbuatan itu bisa
membuat hati Anda keras dan kaku. “Tidaklah segolongan orang menjadi tersesat
sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada petunjuk itu, kecuali jika mereka
suka berbantah-bantahan.” (Shahihul Jami’, nomor 5633)
20. Ketika
Anda bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan
merasa tenang dengan dunia. Orientasi Anda tidak lagi kepada kampung akhirat,
tapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, “Dunia itu penjara bagi orang
yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir.” (Muslim)
21. Ketika
Anda senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang digunakan orang-orang yang
tidak mencirikan keimanan ada dalam hatinya. Sehingga, tidak ada kutipan nash
atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapan Anda.
Bukankah
Allah swt. telah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ‘Hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh
yang nyata bagi manusia’.” (Al-Israa’:53)
Seperti
inilah seharusnya sikap seorang yang beriman. “Dan apabila mereka mendengar
perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka
berkata: ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas
dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.’” (Al-Qashash:55)
Nabi saw.
bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata
yang baik atau diam.” (Bukhari dan Muslim)
22. Ketika
Anda berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum, berpakaian, bertempat tinggal,
dan berkendaraan. Gandrung pada kemewahan yang tidak perlu. Sementara, begitu
banyak orang di sekeliling Anda sangat membutuhkan sedikit harta untuk
menyambung hidup.
Ingat, Allah
swt. telah mengingatkan hal ini, ”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah
di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.” (Al-A’raf:31). Bahkan, Allah swt. menyebut orang-orang yang
berlebihan sebagai saudaranya setan. Karena itu Allah memerintahkan kita untuk,
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-Isra’:26)
Rasulullah
saw. bersabda, “Jauhilah hidup mewah, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah
orang-orang yang hidup mewah.” (Al-Silsilah Al-Shahihah, nomor 353).